Awal tahun 1992 terbersitlah keinginan dari pendiri DTA Al Daarul Ilmi yang sebelumnya bernama DTA Al Hidayah untuk memberikan alternatif tempat belajar selain dari mushola yang telah ada sebelumnya, pengajaran bagi anak-anak yang ingin mempelajari Al Quran disore hari. Selain memberikan alternatif waktu, pendiri memulaiuntuk menerapkan metode baru pembelajaran Al Quran dengan metode IQRO yang dinilai lebih praktis.
Perjalanan dari awal berdiri hingga tahun 2011 tidak banyak perkembangan dengan jumlah santri yang sangat sedikit, tidak lebih dari 20 orang dan dilakukan di rumah Pendiri DTA. Memasuki awal 2012 Pendiri menggunakan rumah milik keluarga yang lebih luas dengan harapan semakin banyak santri yang dapat bergabung dan ikut belajar. Tujuh orang guru akhirnya ikut bergabung dan mendidik lebih dari 120 santri yang konsisten hadir setiap sore, mereka hadir tanpa harus dipungut biaya atau gratis.
Jumlah santri yang terus bertambah membuat DTA Daarul Ilmi untuk membagi shift belajar dengan mendahulukan anak pra-Sekolah Dasar dan anak yang sudah masuk Sekolah Dasar sehingga penanganan santri lebih mudah.
Pembagian shift menjadi 2 waktu ternyata tidak membuat santri nyaman saat belajar, selain memanfaatkan rumah sebagi kelas, tempat yang sempit membuat DTA Daarul Ilmi Pangandaran merintis untuk membuat gedung tersendiri yang benar-benar terpisah. Tanah kosong yang dimiliki Putra Pendiri akhirnya diwakafkan untuk pembangunan DTA Daarul Ilmi, beberapa warga sekitar mulai membantu seadanya dan sebisanya, namun demikin ternyata tidak cukup untuk mewujudkan mimpi kami untuk memberikan yang terbaik untuk calon penerus, anak-anak kita.